Saturday, December 17, 2011

PEMERIKSAAN VISUS PADA PENDERITA KATARAK

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 55 tahun atau lebih. Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua, padahal katarak dapat mengenai semua umur dan pada orang tua katarak merupakan bagian umum pada usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan menderita katarak (6).
Katarak adalah menjadi keruhnya lensa mata. Berbagai teori dan pendapat pernah dikemukakan para ahli untuk menerangkan sebab-sebab terjadinya katarak tetapi tidak satupun yang dapat menerangkan dengan memuaskan. Saat ini umumnya para ahli sepakat bahwa sebab-sebab katarak sesungguhnya amatlah kompleks dan dipengaruhi banyak faktor. Tetapi pada dasarnya hilangnya kejernihan lensa dapat terjadi akibat gangguan struktur lensa yang berupa serabut-serabut yang membentuk sistem koloid dimana sejumlah besar air
terikat di dalamnya. Gangguan ini mungkin terjadi dalam 2 bentuk yaitu (6).
  1. kekeruhan karena sembab, akibat penimbunan air diantara susunan serabut-serabut lensa atau absorbsi intraseluler yang biasanya ditentukan oleh tekanan osmosis.
  2. kekeruhan karena penggumpalan (koagulasi),adalah suatu perubahan kimiawi dari kandungan protein lensa dimana protein lensa yang semula larut dalam air menjadi tidak larut dalam air.
Jumlah penderita katarak di seluruh dunia saat ini lebih dari 15 juta dan akan mencapai 40 juta pada tahun 2025. Sedangkan menurut data dari WHO jumlah mata yang menderita katarak dengan visus kurang dari 6/60 di seluruh dunia pada tahun 2020 dapat mencapai lebih dari 150 juta mata. Hasil survei morbiditas yang dilakukan Dep. Kes tahun 1982 di Indonesia didapatkan prevalensi kebutaan berkisar 1,2% dan katarak menempati urutan pertama dengan angka 0,76%. Sedangkan berdasarkan survei keshatan indera penglihatan dan pendengaran yang dilaksanakan pada tahun 1993-1996, prevalensi kebutaan menjadi 1,5%. Sampai dengan saat ini diperkirakan jumlah penderita yang mengalami kebutaan kurang lebih 3 juta orang. Adapun setengah dari angka tersebut merupakan buta karena katarak yang belum dioperasi (2,3,5).




TINJAUAN PUSTAKA


Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare.
Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik (1).
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain (1).
Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa (1).
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina (7).
Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi (7).
Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri (7).

Katarak
Katarak secara relevan dapat menyebabkan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan yan cukup signifikan, baik untuk jarak jauh maupun jarak dekat. Tipe katarak menyebabkan efek penurunan tajam penglihatan yang berbeda. Katarak subkapsularis posterior meskipun ringan dapat menyebabkan penurunan visus secara nyata, terutama pada bright illumination bila kondisi pupil miosis. Penglihatan dekat seringkali lebih menurun dibandingkan dengan penglihatan jauh, hal ini kemungkinan disebabkan oleh miosis akomodasi. Berbeda pada katarak nuklearyang slerotikdimana seringkali ditemukan tajam penglihatan dekat yang lebih baik dan tajam penglihatan jarak jauh yang jelek (5).
Pasien dengan katarak kortikal memiliki tajam penglihatan yang cukup baik sampai suatu kondisi dimana aksis visual terganggu oleh adanya kortikal spoke pada katarak yang lanjut (5).
Untuk mengetahui pengaruh katarak pada fungsi visual secara lebih tepat maka perlu pula ditentukan adanya visual disability atau tidak. Maksud visual disability di sini adalah keterbatasan penderita dalam melakukan aktivitas sehari hari akibat adanya gangguan penglihatan (5).

Ketajaman Penglihatan
Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan dalam klinik. Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan manusia; visus 20/40 dapat dianggap separuh dri tajam penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal (4).
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik(4).
Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur. Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk. Struktur-struktur ini adalah; lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior = Bilik Depan), pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke bagian lain dari retina. Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam retina. RPE juga memiliki fungsi vital untuk mendaur-ulang bahan-bahan kimia yang digunakan oleh sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan dapat terjadi (4).
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata (4).
Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner (1)
Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita membaca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian (1).
Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus: (1) 
     V =D/d
Keterangan:
     V = ketajaman penglihatan (visus)
     d = jarak yang dilihat oleh penderita
     D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Dengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti : (1)
1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
4. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1/300.
8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Visus dan penglihatan kurang dibagi dalam tujuh kategori.












REFERENSI


  1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. ed.3. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2009
  2. Departemen Kesehatan RI Ditjen Bin.Kes.Mas Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas. Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran. 1993-1996. Jakarta, 1998
  3. Laporan pelaksanaan program kerja PP Perdami periode 2000-2003. Jakarta: perhimpunan dokter spesialis mata (Perdami)
  4. PERDAMI. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-2, cet.I, Sagung Seto, Jakarta, 2002, 239–245
  5. Sulakso, A Kentar Arimadyo. Perbedaan tajam penglihatan penderita katarak imatura dengan dan tanpa “Penlight Glare Test” .Semarang,2004
  6. Akmam S.M, Azhar Zainal. Katarak dan perkembangan operasinya. Cermin Dunia Kedokteran.1981:21
  7. Guyton AC, Hall JE. 2000. Textbook of Medical Physiology 10TH Edition. Philadelphia: WB Saunders.








0 comments:

Post a Comment